Tiwul merupakan salah satu camilan khas masyarakat Pacitan di Gunung Kidul yang terbuat dari gaplek atau singkong kering yang diolah kemudian diberi taburan berupa kelapa parut. Tiwul ini merupakan masakan sehari-hari dari penduduk Gunung Kidul. Sebagai salah satu masakan pokok penduduk gunung Kidul, kandungan kalori yang ada didalam tiwul lebih rendah dari pada nasi, jadi tiwul sudah memenuhi kriteria sebagai materi panganan pengganti nasi. Di zaman penjajahan belanda, tiwul merupakan masakan pokok pengganti beras alasannya yaitu masyarakat Indonesia ketika itu tidak sempat untuk bercocok tanam apalagi harus bertani. Adapun cara menciptakan tiwul antara lain :
Bahan :
1. 350 gram singkong (yang sudah dikupas kulitnya kemudian jemur kurang lebih 3-4 hari).
2. 1 gelas air matang.
3. 150 gram gula merah (sisir halus).
4. 200 gram kelapa parut.
5. 2 lembar daun pandan (kira-kira ukuran 20 cm kemudian ikat simpul).
6. 1 tangkai daun pisang (ambil daunnya saja).
7. Garam secukupnya.
Cara menciptakan :
- Mula-mula tumbuk garang singkong yang sudah kering sambil dipercik-percikkan air, biasanya kebanyakan orang menyebut singkong kering ini gaplek. Tumbuk sampai gaplek membentuk butiran-butiran kecil.
- Selanjutnya gaplek yang telah ditumbuk tadi beri pemanis gula merah kemudian bungkus gaplek sperti membungkus pepes ikan dengan memakai daun pisang. Setelah semua gaplek dibungkus kemudian kukus gaplek hinnga matang.
- Cara menciptakan taburan kelapa untuk gaplek antara lain : kukus parutan kelapa bersama dengan daun pandan dan garam dengan waktu kira-kira 15-20 menit, kemudian angkat.
